Rabu, 20 Maret 2013

Menikah

Melihat update status teman-teman khususnya teman-teman khususnya yang wanita yang sudah ada di usia pantas bahkan -menurut lingkungan- harus menikah, mereka sudah siap dilamar pasangan masing-masing. Bagi yang sudah memiliki pacar tetap, kerinduan ini malah makin hebat karena selain pertanyaan "kapan nyusul?" tiap menghadiri resepsi pernikahan, orang tua juga sudah mulai ribut dengan desakan "mau sampai kapan, pacaran mulu?" hehehe
Namun bagi yang jomblo alias ga punya pacar sama sekali juga ga bisa nyaman. Selain dihantui pertanyaan kapan nyusul itu tadi, kondisi jomblo malah membuat kondisi orang tua lebih khawatir. Akhirnya yang keluar pertanyaan "kapan pacarnya mau dikenalin?" 'nah loh'... Maka makin galau lah ladies-ladies ini.
Jadi mau share nih.
Saya sendiri termasuk telat menikah apabila menurut lingkungan, namun karena menurut keluarga saya masih kecil maka sampai melampaui usia 25, keluarga masih adem aja. Yah, saya bontot dan memang dianggap tidak pernah dewasa. Namun, akhirnya saya menikah diusia 28 hahaha, i made it, yeay!!!!
Tapi bukan itu yang saya mau share, saya mau share kalo saya juga pernah ada di posisi teman-teman. Mulai dari belum siap sama sekali, sampai sangat siap sampe iri dan bete kalo nerima undangan nikah, dan akhirnya ga pengen lagi karena cape gagal mulu tiap pacaran.
Dimulai saat ada pria pertama yang datang melamar. Ehm mungkin ga pas dibilang melamar karena dia datang sendiri, ga sama keluarganya termasuk orang tua, tapi ya, dia mengajukan niatnya apabila saya mau, dia ingin menikahi saya. Tanggapan saya? Senyum, salah tingkah. Bukan karena malu atau apa, saya justru terkejut dan merasa ga siap. Usia saya waktu itu baru 21, dan menikah sama sekali belum terlintas dipikiran saya, yang ada malah, main dan belajar. Usia segitu saya masih kuliah dan menjelang skripsi, dan yah saya juga ga sreg sama calonnya. Bukan karena dia brengsek atau apa, tapi ya mank ga ada hati sama sekali. Bahasa abegenya ga naksir lah, hihihihi. Tapi saya dan dia berteman baik kok sampai sekarang. :D
Saya merasa siap menikah saat usia 23 tahun dan bertemu dengan cinta pertama di yahoo mesengger. Aneh? engga kayanya, kan abad 21 hehehehe. Walo kenal di Yahoo Mesennger ternyata kami tetangga sekota, jadi deh kami sering main. Di mata saya dia dewasa -kami berbeda 2tahun dan dia lebih tua- dan bisa membuat saya lebih baik daripada saya sebelumnya. Seperti saya katakan sebelumnya, itulah saat pertama saya ingin sekali dilamar seorang pria, dilamar dia hehehehe. Sayangnya walau kami dekat tapi tidak membuat jalan kami mulus, inget tagline nikah boleh dengan siapa saja asal : agama baik, cantik, pendidikan oke, baik dan sesuku? menurut dia saya : agama insya Allah baik, cantik, pendidikan ga mengecewakan, dan sangat baik, tapi -kenapa harus ada tapi?- kami ga sesuku. Yah itulah halangan saya menikah dengan dia, apesnya dia punya keluarga yang satu suku denganku malah berprilaku mengecewakan keluarganya (haddeh).
Setelah gagal dengan dia, saya berusaha mencari pria lain untuk menggantikannya, untuk mengobati kesepian, paling tidak itu menurut saya. Ternyata saya malah dapat hal sebaliknya, pria-pria itu malah membuat saya makin terpuruk, ada yang selingkuh di depan mata saya, ada yang bilang sayang malah kerjanya nuntut mulu, parahnya saking pengennya punya pacar tetap saya malah jadi korban PHP -Pemberi Harapan Palsu-. Ini pertama kalinya karena biasanya saya bukan orang yang mudah tertarik.
Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti mencari pria, dan menyibukan diri dengan bekerja dan bergaul dengan teman-teman. Kalo di tanya apa ga pengen nikah? jawaban saya, pasti pengen cuma ga lagi saya ambil pusing. Saya percaya kalo waktunya pasti saya menikah juga, entah dengan siapa. Toh, pencarian saya gagal terus hehehe
Dan benar saja, setahun setelah itu saya menikah. Prosesnya juga sangat mengejutkan bagi saya, kami hanya butuh waktu 1bulan dari lamaran sampai ijab kabul. Ajaibnya walau termasuk terlambat, saya malah merasa belum siap. Dulu waktu ada dimasa off dan males dengan pria saya pernah berfikir bagaimana caranya punya anak tanpa suami dan tanpa melakukan seks yang diharamkan, saya ingin punya anak, tapi ogah cari bapaknya hahaha.
Walau kilat, bukan berarti saya dan calon suami tidak kenal sama sekali. Kami berteman, namun ga bisa dibilang pacaran. Kami bahkan ga pernah ngedate, dan saya tidak pernah jatuh cinta sama sekali dengan dia, namun saat dia mengajak saya menikah, entah mengapa saya tau dia memang untuk saya. Ada bayangan ayah saya dalam dirinya, walau dia tidak sedewasa cinta pertama saya, namun dia yang cocok dengan saya.
Kami mulai dekat Agustus 2012, saat itu Ramadhan dan seminggu setelah Idul Fitri dia melamar saya dan Oktober 2012 kami menikah. Alhamdulillah walau saya saat menikah tidak cinta, sampai saat ini sudah hampir 5 bulan kami menikah, hubungan kami mesra.
Inilah yang saya mau share buat teman-teman. Mungkin lingkungan melemahkan kita, tapi akan ada waktunya nanti kita tersenyum karena di pertemukan dengan pasangan sebenarnya. Mungkin agak terlambat karena Tuhan sedang mempersiapkan jodoh yang tepat bukan kita. Jangan khawatir yang sobat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar