Kamu takut menyinggung menantu kesayanganmu dengan cara menyakitiku. Memang lebih mudah menyalahkan ku, karena aku tak akan membalas, karena aku tak memberi apa-apa dan dia memberimu uang.
Tapi aku ga pernah makan harta yang bukan hak ku -walau pemilik harta itu tidak menagihnya karena tidak tahu- dan menebusnya dengan menjual rumah yang masih ada hak orang lain disana.
Tapi kelak aku ga akan membebankan pengasuhan anakku kepadamu, jika kau di rumahku nanti kau tidak perlu takut kesulitan, kau tidak akan melihat cucumu dariku membuatmu sakit kepala.
Aku ga sombong walau ga punya apa-apa sampai ngebelain ngambil hak orang lain. Aku ga egois hanya karena iri pada keberhasilan sodara sendiri. Aku ga akan saudaraku aneh biar dianggap hebat.
Aku ga akan meninggalkan anak dalam kondisi demam demi mengabulkan janji berkumpul yang ga penting dengan kawan-kawan.
Saat ini aku memang tidak punya apapun untuk dibanggakan. Dan aku terima walau tak ku ingkari aku sakit hati, selalu dipaksa mengalah demi tidak menyinggung menantu kesayangan? Sampai kapan kau bisa objektif? Menjadikan aku sumber kesalahan. Tumpahan kekesalan. Bersyukurlah aku belum gelap mata, sehingga aku masih bisa menahan semua keinginan buruk karena sakit hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar